Tuesday 12 August 2014

Matematika menjadi momok menakutkan bagi anak sekolah

Banyak anak sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas tidak menyukai pelajaran matematika, diantara rata-rata 35 murid per kelas paling sekitar 5 - 10 orang saja yang menyukai. Disaat belajar matematika banyak anak didik yang menjadi tidak stabil emosi nya, menjadi tegang, kesal, cemas, marah, takut. Ada perasaan trauma pada anak akan kemarahan guru yang akan meledak di saat anak didik tidak mampu menjawab soal yang diberikan. Matematika bukan semakin disukai tapi kebalikannya, padahal penerapan matematika adalah salah satu kunci maju nya teknologi sebuah bangsa. Kita tidak bisa menaruh harapan banyak jika hanya segelintir siswa saja yang pandai, bahkan berprestasi matematika sampai tingkat dunia, sebab keberhasilan negara ini maju bukan ditentukan maju nya segelintir generasi penerus nya tetapi oleh majunya mayoritas generasi penerusnya. Tentunya cara agar pelajaran matematika bisa diterima dan disukai anak didik menjadi beban dan pekerjaan rumah yang sampai saat ini belum bisa diselesaikan baik oleh para guru atau pun praktisi-praktisi dunia pendidikan lainnya. Siswa kemudian disuguhi kurikulum yang gonta ganti, yang bukannya membuat mereka semakin suka atau mengerti, tetapi semakin bingung karena sebagian siswa berbeda kurikulum dengan siswa di sekolah lainnya.

Timbul pertanyaan apakah Ujian Nasional tahun 2015 akan menggunakan kurikulum 2006 atau 2013, karena sebagian besar sekolah di Indonesia masih menggunakan kurikulum lama, sementara sekolah-sekolah unggulan yang untuk tingkat SMP sekitar 6000 sekolah sudah menggunakan kurikulum baru 2013. Hal ini tentu merisaukan bahkan bisa menjadi blunder yang akan mengakibatkan kerancuan dan kebingungan,dimana ada yang menyarankan agar sekolah menggunakan kedua kurikulum sekaligus.

Bagaimana mempelajari dua kurikulum sekaligus, sedangkan mempelajari satu buku pelajaran dari kurikulum 2006 saja sudah membebani dan menyulitkan siswa, ditambah lagi mempelajari buku dari kurikulum baru yang memang lebih tinggi tingkat kesulitannya karena membutuhkan pemahaman dan pembahasan yang lebih dalam.

Mau dibawa kemana arah pendidikan matematika di Indonesia, apakah siswa-siswi akan mampu menerima kurikulum baru dan tidak lagi antipati terhadap pelajaran ini? SEMOGA

Pembahasan soal matematika pangkat dua dan akar pangkat dua untuk Kelas 5 Sekolah Dasar:

Pembahasan soal matematika pangkat dua dan akar pangkat dua untuk Kelas 5 Sekolah Dasar: